18 Juni 2008

Persentase Kelulusan UN SMA TuruN



RADAR TARAKAN ONLINE
Berita UTAMA Minggu, 15 Juni 2008

Kaltim Termasuk yang Turun

JAKARTA – Persentase kelulusan Ujian Nasional (UN) SMA tahun 2008 diprediksi turun. Naiknya standar nilai dan bertambahnya jumlah mata pelajaran ditengarai menjadi sebab turunnya persentase kelulusan tahun ini.
presentase
sambungan hal 1
Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Depdiknas Suyanto menyatakan, meski Depdiknas belum mendapatkan data riil berapa persentase penurunan tersebut, tahun ini angka kelulusan diperkirakan turun sebesar dua sampai tiga persen.
“Lebih rendah dibanding tahun lalu,” kata Suyanto saat dihubungi wartawan koran ini kemarin (16/5). Pengumuman kelulusan UN SMA secara serentak diumumkan kemarin. Hasil kelulusan tersebut bisa dilihat melalui sekolah, media cetak, atau situs sekolah masing-masing. Khusus untuk DKI Jakarta, hasil kelulusan UN juga disampaikan melalui pos ke alamat siswa masing-masing.
Berdasarkan laporan Balitbang Depdiknas, di beberapa daerah misalnya DKI Jakarta, Jatim, Jateng dan Kaltim, tercatat penurunan persentase kelulusan UN SMA. Meski banyak yang turun, Jabar ternyata mencatat kenaikan jumlah siswa yang lulus Unas SMA. “Secara nasional, prediksinya (turun) pada angka 88 sampai 90 persen,” kata Suyanto.
Dia menyatakan, angka tersebut merupakan penurunan dari tahun 2007 yang mencapai kelulusan 93 persen. Saat itu, mata pelajaran IPA mencapai tingkat kelulusan 95,1 persen, untuk IPS 90,7 persen, dan Bahasa mencapai 92,1 persen.
“Tahun ini kan ada penambahan mata pelajaran, bisa jadi turun karena itu,” kata Suyanto. Selain itu, naiknya standar nilai menjadi 5,25 dengan tidak ada nilai di bawah 4,25, juga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa. “Itu tidak apa-apa, misinya peningkatan (nilai) itu kan juga demi kualitas,” lanjut Suyanto. Untuk nilai, siswa juga boleh memiliki nilai 4,00, asalkan nilai mata pelajaran lainnya minimal 6,00.
Untuk mata pelajaran, dari sebelumnya hanya tiga mata pelajaran, tahun ini ditambah menjadi enam mata pelajaran. Tiga mata pelajaran pada mulanya itu yakni Bahasa Indonesia, Matematika dan Bahasa Inggris, pada UN 2008 ditambah dengan fisika, biologi dan kimia (IPA) serta geografi, sosiologi dan ekonomi untuk jurusan IPS. Penambahan mata pelajaran itu sempat menimbulkan protes dari sejumlah siswa.
Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI Jakarta Margani M Mustar menambahkan, tingkat kelulusan siswa SMA pada 2007 mencapai 96,19 persen, namun tahun ini hanya 92,25 persen. Sedangkan tingkat kelulusan siswa SMK tahun lalu 91,98 persen, naik menjadi 93,78 persen. “Jumlah pesertanya tidak jauh berbeda dibanding tahun lalu,” kata Mustar.
Setiap tahunnya, sekitar 2,25 juta siswa tingkat SMA/SMK/MA mengikuti UN. Adapun peserta UN tahun ini sekitar 2,26 juta orang. Sesuai pernyataan Badan Standar Nasional Pendidikan, peserta UN yang tidak lulus bisa mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) paket C yang akan digelar tanggal 24-27 Juni mendatang.
Secara terpisah, presentase kelulusan UN SMU yang turun disesalkan anggota Komisi X DPR RI. “Sangat disayangkan. Ini ada apa ? Pemerintah harus bertanggungjawab. Sebab, masa depan anak dipertaruhkan,” ujar Aan Rohanah Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS ketika dihubungi kemarin.
Menurut Aan, proses ujian nasional harus dievaluasi secara total sejak dimulai sampai finalisasi hasil. Apalagi, dalam pelaksanaannya ditemukan perilaku negatif pada siswa, guru, kepala sekolah, pengawas, dan oknum departemen pendidikan nasional.
“Ini harus ditelusuri. Apa sebab turunnya hasil. Irjen Depdiknas tidak boleh segan-segan untuk memberi sanksi pelakunya dan harus diusut tuntas. Sehingga, kemurnian hasil UN terjaga dan mutu pendidikan bisa dibanggakan,” tegas Anggota DPR asal Daerah pemilihan DKI Jakarta ini.
Pengamat pendidikan Dr Seto Mulyadi meminta orang tua siswa melakukan pendampingan psikologis bagi anak-anak yang tidak lulus. “Jika hasilnya memprihatinkan, kejiwaan siswa bisa labil. Itu harus didampingi dan diberi perhatian lebih,” katanya.
Psikolog yang juga ketua Komnas Anak itu prihatin setelah melihat pemberitaan di televisi yang menayangkan siswa yang histeris, pingsan bahkan kesurupan gara-gara tidak lulus ujian nasional. Kak Seto mengatakan, anak didik yang tidak lulus harus segera dipulihkan dari kemungkinan stress berkepanjangan. “Orang tua dan guru, juga lingkungan harus ikut menyadarkan bahwa masa depan mereka masih ada. Harapan harus terus dimunculkan,” katanya. (bay/rdl/jpnn)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar