13 Mei 2008

Tegur Kepsek Bawa Hp saat UN


GARUT- Mendiknas Bambang Sudibyo memantau pelaksanaan ujian nasional (UN) di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dia menegur kepala sekolah SMKN I Karang Pawitan karena kedapatan membawa handphone.

”Memang Anda tidak mendapat sosialisasi dari Diknas, dilarang membawa handphone di lingkungan sekolah saat UN berlangsung?” tandas Bambang saat berkunjung ke SMKN 1 Karang Pawitan, Garut, Selasa (22/4).

Wawan Setiawan, kepala sekolah tersebut, berusaha menjawab sebisanya. ”Saya kira larangan itu hanya untuk pengawas, panitia, dan siswa,” ujar Wawan.
Bambang pun menyatakan, ”Tidak ada pengecualian. Menteri saja tidak membawa handphone saat sidak.”

Mendengar teguran itu, Wawan pun hanya terdiam. Dalam kesempatan itu Bambang juga menolak saat seorang panitia mempersilakan dirinya masuk ke dalam ruangan. Menurut Mendiknas, orang yang berhak berada di dalam kelas adalah siswa dan pengawas UN.

Pada pelaksanaan UN tahun lalu, Kabupaten Garut mempunyai angka kelulusan tertinggi di seluruh Jawa Barat. Hal itu kemudian memunculkan isu ada kebocoran soal ujian di kabupaten tersebut. “Jadi kedatangan saya untuk memantau langsung bagaimana pelaksanaan UN di sini.”

Harus Jujur

Selain berkunjung ke SMKN 1 Karang Pawitan, Bambang juga berkunjung ke dua sekolah lain, yakni SMKN Tarogong dan SMAN 2 Tarogong.
Anggota Komisi X DPR, Aan Rohanah, di Jakarta mengatakan, UN yang berlangsung 22-24 April 2008 di seluruh Indonesia harus dilaksanakan jujur, transparan, dan sehat. Itu menjadi modal kesuksesan pelaksanaan UN.

Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu berharap UN akan mendongkrak mutu dan kualitas pendidikan Indonesia, terutama jika penyelenggaraannya bisa dipertanggungjawabkan. Aan mengharapkan, berbagai upaya penyimpangan yang berorientasi pada gengsi nilai tertinggi guna membantu kelulusan siswa dapat dicegah, sehingga kemurnian hasil UN dapat terjaga dan dapat dibanggakan.

Menurut Aan, UN di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) , Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diharapkan bisa menanamkan sikap sportif dan menjadi sarana kompetisi dalam meningkatkan pendidikan. (J10,dtc-46)

Sumber :
Suara Merdeka Online

Wednesday, 23 April 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar